Setelah sekian lama saya tidak nge-Blog lagi,.
Hari ini saya kembali ..
Judul : Rindu
Penulis : Tere Liye
Editor : Andriyati
Penerbit : Republika
Tebal Buku : ii + 544 hal; 13.5x20.5 cm
Kota Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2014
Harga : Rp. 63.000 (http://tbodelisa.blogspot.com/)
Sinopsis Buku:
Hari demi hari berlalu. Kisah perjalanan panjang itu mulai terangkai dan pertanyaan-pertanyaan itu satu per satu hadir. Ya, ada lima pertanyaan yang dibawa oleh penumpang dalam kapal Blitar Holland.
Mungkin kelima poin diatas merupakan permasalahan yang sering kita temui dalam kehidupan kita. Jika kamu butuh penjelasan mengenai lima poin di atas, maka novel ini layak kamu baca.
Lima pertanyaan dari lima penumpang kapal diceritakan secara runtut dan mudah dipahami pembaca. Ceritanya mengalir begitu saja. Pun dengan jawaban atas pertanyaan tersebut, mudah diterima.
»» Baca Selengkapnya...
Hari ini saya kembali ..
![]() |
Sumber: goodreads.com |
Penulis : Tere Liye
Editor : Andriyati
Penerbit : Republika
Tebal Buku : ii + 544 hal; 13.5x20.5 cm
Kota Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2014
Harga : Rp. 63.000 (http://tbodelisa.blogspot.com/)
Sinopsis Buku:
"Apalah arti memiliki, ketika diri kami sendiri bukanlah milik kami?
Apalah arti kehilangan, ketika kami sebenarnya menemukan banyak saat kehilangan, dan sebaliknya, kehilangan banyak pula saat menemukan?
Apalah arti cinta, ketika menangis terluka atas perasaan yg seharusnya indah? Bagaimana mungkin, kami terduduk patah hati atas sesuatu yg seharusnya suci dan tidak menuntut apa pun?
Wahai, bukankah banyak kerinduan saat kami hendak melupakan? Dan tidak terbilang keinginan melupakan saat kami dalam rindu? Hingga rindu dan melupakan jaraknya setipis benang saja”
Apalah arti kehilangan, ketika kami sebenarnya menemukan banyak saat kehilangan, dan sebaliknya, kehilangan banyak pula saat menemukan?
Apalah arti cinta, ketika menangis terluka atas perasaan yg seharusnya indah? Bagaimana mungkin, kami terduduk patah hati atas sesuatu yg seharusnya suci dan tidak menuntut apa pun?
Wahai, bukankah banyak kerinduan saat kami hendak melupakan? Dan tidak terbilang keinginan melupakan saat kami dalam rindu? Hingga rindu dan melupakan jaraknya setipis benang saja”
Ini adalah kisah tentang masa
lalu yang memilukan. Tentang kebencian kepada seseorang yang seharusnya
disayangi. Tentang kehilangan kekasih hati. Tentang cinta sejati.
Tentang kemunafikan. Lima kisah dalam sebuah perjalanan panjang
kerinduan.
Selamat membaca.
***
Sebuah perjalanan panjang ini dimulai ketika sebuah kapal besar bernama Blitar Holland
mendarat di Pelabuhan Makassar. Kapal tersebut nantinya akan berhenti
dan menaikkan penumpang di Pelabuhan Surabaya, Semarang, Batavia, Lampung, Bengkulu, Padang, Banda Aceh. Kapal itu akan terus melaju hingga Jeddah karena para penumpang kapal tersebut adalah calon jamaah haji.
Satu persatu, tokoh dalam novel ini
diperkenalkan. Tersebutlah Daeng Andipati, seorang yang terpandang
karena telah berhasil menyelesaikan sekolahnya di Belanda. Ia bersama
istri dan kedua anaknya, Elsa dan Ana.
Gurruta atau Ahmad Karaeng pun
menjadi tokoh penting dalam novel ini. Ia adalah seorang ulama masyhur.
Adapula Kapten Philips, kapten kapal yang akan membawa penumpang
menunaikan ibadah haji di Mekah. Serta ada Ambo Uleng, seorang kelasi
pendiam yang direkrut oleh Kapten Philips dan menjadi satu-satunya
kelasi yang dapat berbahasa Melayu.
Setelah berhenti di beberapa pelabuhan, rupanya kapal Blitar Holland ditumpangi
oleh sepasang kakek - nenek yang saling mencintai. Keromantisan
pasangan yang tidak lagi muda itu membuat iri seluruh penghuni kapal.
Hari demi hari berlalu. Kisah perjalanan panjang itu mulai terangkai dan pertanyaan-pertanyaan itu satu per satu hadir. Ya, ada lima pertanyaan yang dibawa oleh penumpang dalam kapal Blitar Holland.
Setiap perjalanan selalu disertai pertanyaan-pertanyaan. (hal.222)
***
Penasaran dengan lima pertanyaan
yang dibawa oleh penumpang kapal Blitar Holland? Jawabannya ada pada
sinopsis buku. Pertanyaan-pertanyaan tersebut tentang:
1. masa lalu yang
memilukan.
2. kebencian kepada seseorang yang seharusnya disayangi.
3. kehilangan kekasih hati.
4. cinta sejati.
5. kemunafikan.
Mungkin kelima poin diatas merupakan permasalahan yang sering kita temui dalam kehidupan kita. Jika kamu butuh penjelasan mengenai lima poin di atas, maka novel ini layak kamu baca.
Lima pertanyaan dari lima penumpang kapal diceritakan secara runtut dan mudah dipahami pembaca. Ceritanya mengalir begitu saja. Pun dengan jawaban atas pertanyaan tersebut, mudah diterima.
Cara terbaik menghadapi masa
lalu adalah dengan dihadapi. Berdiri gagah. Mulailah dengan damai
menerima masa lalumu? Buat apa dilawan? Dilupakan? Itu sudah menjadi
bagian hidup kita. Peluk semua kisah itu. Berikan dia tempat terbaik
dalam hidupmu. Itulah cara terbaik mengatasinya. (hal 312)
Dan bagi kawula muda serta remaja-remaja yang sering mempertanyakan arti cinta sejati, maka novel ini pun hadir memberikan jawabannya.
Penggalan paragraf diatas adalah
jawaban atas pertanyaan pertama. Lugas dan jelas bukan? Banyak pelajaran
hidup dan nilai moral yang dapat kita ambil dari membaca novel ini.
Bahkan meski apa yang kita alami tidak sama persis dengan apa yang
dialami oleh tokoh dalam cerita, nilai-nilai tersebut tetap baik jika
diterapkan dalam kehidupan kita.
"... aku membencinya. Aku membenci ayahku sendiri." (hal. 370)
"Ada orang-orang yang kita
benci. Ada pula orang-orang yang kita sukai. Hilir mudik datang dalam
kehidupan kita. Tapi apakah kita berhak membenci orang lain? ...
Pikirkan dalam-dalam, kenapa kita harus benci? Kenapa? Padahal kita bisa
saja mengatur hati kita, bilang saya tidak akan membencinya. Toh itu
hati kita sendiri. Kita berkuasa penuh mengatur-aturnya. Kenapa kita
tetap memutuskan membenci? Karena boleh jadi, saat kita membenci orang
lain, kita sebenarnya sedang membenci diri sendiri." (hal. 373)
Dan bagi kawula muda serta remaja-remaja yang sering mempertanyakan arti cinta sejati, maka novel ini pun hadir memberikan jawabannya.
" Apakah cinta sejati itu?
Maka jawabannya, dalam kasus kau ini, cinta sejati adalah melepaskan.
Semakin sejati perasaan itu, maka semakin tulus kau melepaskannya.
Persis seperti anak kecil yang menghanyutkan botol tertutup di lautan,
dilepas dengan rasa suka-cita. Aku tahu, kau akan protes, bagaimana
mungkin? Kita bilang itu cinta sejati, tapi kita justru melepaskannya.
Tapi inilah rumus terbalik yang tidak pernah dipahami para pencinta.
Mereka tidak pernah mau mencoba memahami penjelasannya, tidak bersedia."
(hal.492)
***
Novel 'Rindu' karya Tere Liye ini memiliki cover yang sederhana namun
terlihat manis dan romantis. Awalnya aku mengira, novel ini akan
menceritakan tentang kisah cinta yang mengharu biru seperti novel Tere
Liye yang lain; Sunset bersama Rosie atau Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin.
Akan tetapi, aku salah. Novel ini lebih menceritakan tentang perjalanan berbulan-bulan menggunakan kapal dalam rangka menunaikan ibadah haji. Perjalanan tersebut (dalam cerita) dilakukan sebelum Indonesia merdeka sehingga latar tempat dan waktu disesuaikan dengan jamannya. Di beberapa percakapan pun terlihat menggunakan bahasa Belanda, dimana saat itu Indonesia statusnya masih dijajah Belanda.
Seperti novel-novel Tere Liye sebelumnya, novel 'Rindu' ini tidak dilengkapi dengan kata persembahan, ucapan terima kasih, bahkan tidak ada Daftar Isi. Judul masing-masing hanya ditulis Satu, Dua, Tiga ... hingga Lima Puluh Satu dan berujung pada Epilog. Dan seperti biasa, Tere Liye dalam novel-novel karangannya tidak pernah mencantumkan Profil Penulis.
Secara keseluruhan, novel 'Rindu' ini bagus. Ceritanya memberikan nilai moral yang dapat diterapkan dalam kehidupan kita. Kisahnya dapat membawa kita merasakan suasana di kapal besar dan menghabiskan waktu berhari-hari di tengah lautan. Kita pun dapat belajar dari tokoh-tokoh yang berperan dalam cerita. Good!
Sumber : http://wamubutabi.blogspot.com/2014/10/resensi-rindu-tere-liye.html
Akan tetapi, aku salah. Novel ini lebih menceritakan tentang perjalanan berbulan-bulan menggunakan kapal dalam rangka menunaikan ibadah haji. Perjalanan tersebut (dalam cerita) dilakukan sebelum Indonesia merdeka sehingga latar tempat dan waktu disesuaikan dengan jamannya. Di beberapa percakapan pun terlihat menggunakan bahasa Belanda, dimana saat itu Indonesia statusnya masih dijajah Belanda.
Mag ik uw kaartje, Meneer?" (hal.35)Aku yakin, Tere Liye sebagai penulis novel tersebut tidak asal menulis tanggal dan mengarang tempat kejadian. Dia pasti sudah membaca banyak literature sebelum menulis novel ini.
Seperti novel-novel Tere Liye sebelumnya, novel 'Rindu' ini tidak dilengkapi dengan kata persembahan, ucapan terima kasih, bahkan tidak ada Daftar Isi. Judul masing-masing hanya ditulis Satu, Dua, Tiga ... hingga Lima Puluh Satu dan berujung pada Epilog. Dan seperti biasa, Tere Liye dalam novel-novel karangannya tidak pernah mencantumkan Profil Penulis.
Secara keseluruhan, novel 'Rindu' ini bagus. Ceritanya memberikan nilai moral yang dapat diterapkan dalam kehidupan kita. Kisahnya dapat membawa kita merasakan suasana di kapal besar dan menghabiskan waktu berhari-hari di tengah lautan. Kita pun dapat belajar dari tokoh-tokoh yang berperan dalam cerita. Good!
Sumber : http://wamubutabi.blogspot.com/2014/10/resensi-rindu-tere-liye.html